Sejarah Singkat Letusan Gunung Tangkuban Parahu, Simak!

Sejarah Singkat Letusan Gunung Tangkuban Parahu, Simak!

Smallest Font
Largest Font

Bandung - Gunung Tangkuban Perahu adalah salah satu  gunung  yang terletak di  Desa CiaterKabupaten SubangProvinsi  Jawa BaratIndonesia . Sekitar 20 km ke arah utara  Kota Bandung , dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya.

Diketahui bahwa Gunung Tangkuban Parahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter . Bentuk gunung ini adalah  Stratovulcano dengan pusat letusan yang berpindah dari timur ke barat. 

Selanjutnya, jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava  dan  belerang , mineral yang dikeluarkan adalah  belerang  belerang , mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap  belerang . Daerah Gunung Tangkuban Parahu dikelola oleh Perum Perhutanan. Suhu rata-rata hariannya adalah 17 o C pada siang hari dan 2 °C pada malam hari. 

Sebelumnya Gunung Tangkuban Parahu terbentuk sekitar 125.000 tahun yang lalu di Kaldera Sunda. Gunung ini, menurut T. Bachtiar dan Dewi Syafriani dalam buku Bandung Purba, lebih muda dari Gunung Burangrang.

Gunung Burangrang yang terletak di sisi barat Gunung Tangkuban Parahu terbentuk sekitar 210.000 hingga 105.000 tahun yang lalu. Menurut T. Bachtiar, Gunung Tangkuban Parahu lahirnya setelah terbentuknya Sesar Lembang. Ketika Gunung Tangkuban Parahu meletus, sebagian aliran materialnya mengalir ke selatan tertahan di kaki patahan.

Sepanjang sejarahnya, aktivitas yang terjadi di gunung Tangkuban Parahu telah membentuk 13 kawah. Tiga kawah di antaranya populer dijadikan destinasi wisata, yakni Kawah Ratu, Kawah Upas, dan Kawah Domas.

Sementara perincian 13 kawah lengkapnya sebagai berikut: Kawah Upas terdiri dari Kawah Upas (termuda), Kawah Upas (muda), dan Kawah Upas (tua). Kawah Ratu juga terdiri dari Kawah Ratu (1920), Kawah Ratu (muda), dan Kawah Ratu (tua). Kemudian ada kawah baru, Kawah Pangguyanganbadak, Kawah Badak, Kawah Ecoma, Kawah Jurig, Kawah Siluman, dan Kawah Domas.

Gunung Tangkuban Parahu sempat meletus beberapa kali. Orang yang sempat menemukan letusan pertamanya adalah botani sekaligus geologi bernama Franz Wilhelm Junghuhn. Berdasarkan catatan yang dibuat Junghuhn tahun 1853, catatan pertama tentang letusan Gunung Tangkuban Parahu adalah tahun 1829.

Kemudian tak ada data tentang letusan sebelumnya. Setelah letusan itu beristirahat selama 17 tahun, letusan berikutnya terjadi pada tahun 1846. Setelah itu gunung tercatat aktif berturut-turut pada tahun 1867 dan 1887. Letusan besar berikutnya terjadi pada tahun 1896 setelah gunung mengalami masa istirahat 50 tahun.

Aktivitas atau letusan kemudian terjadi tahun 1910, 1929, 1935, 1946, 1947, 1950, 1952, 1957, 1961, 1965, 1967, 1969, 1971, 1983, 1992, 1994, 2004, 2013, dan 2019. Menurut T. Bachtiar, masa istirahat antar letusan Gunung Tangkuban Parahu berlangsung antara 30 - 70 tahun.

Sementara itu, pada tahun 2005, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Daerah telah membuat peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Tangkuban Parahu. Daerah rawan bencana terbagi dalam tiga kategori. Masing-masing Kawasan Rawan Bencana I, II, dan III. 

Lalu, ada yang berada dalam radius 1 km, 5 km dari letusan, dan yang berpotensi terkena terjangan lahar dan hujan abu atau lontaran batu pijar. Dalam buku Bandung Purba disebutkan, lembah-lembah yang berpotensi dilanda lahar meliputi Ciasem, Cimuji, Cikole, Cibogo, Cikapundung, Cihideung, Cibeureum dan Cimahi. (Dg)

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Redaksi Author